BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Prinsip pembelajaran pada anak usia
dini merupakan hal yang perlu diterapkan ketika seorang pendidik akan memulai
pembelajaran. Mengapa pembelajaran tidak efektif karena disebabkan oleh seorang
pendidik yang tidak memahami prinsip
pembelajaran
pada anak.
Pembelajaran akan efektif dan kondusif
ketika seorang pendidik bisa menguasai atau mengontrol situasi pembelajaran,
salah satunya dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip ini
seorang pendidik harus memahami karakter dari setiap individu agar pembelajaran
terlaksana dengan efektif.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja pendekatan pada anak siua dini
2. Apa
saja prinsip-prinsip pembelajaran pada AUD?
3. Bagaimana
implikasi prinsip-prinsip pembelajaran pada Pendidik?
C.
Tujuan
1.
Memahami pendekatan-pendekatan yang diterapkan pada anak usia dini.
2.
Memahami prinsip-prinsip pembelajaran pada anak usia dini
3.
Memahami implikasi prinsip-prinsip pembelajaran pada pendidik
D.
Manfaat
Memahami
beberapa pendekatan yang akan diterapkan pada anak usia dini, juga memahami
prinsip pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada anak dan implikasi nya
terhadap pembelajaran pada pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini
memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral,
spiritual maupun emosional. Anak usia dini merupakan sosok individu yang
membutuhkan stimulus untuk membantu aspek-aspek perkembangannya. Merujuk pada
peraturan pemerintahan No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan ,
pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggrakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasin aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikollogis peserta didik. Beberapa
pendekatan terhadap anak usia dini (Sujiono,200;84-90) :
1.
Berorientasi
pada kebutuhan anak
Artinya penerapan metode harus berpusat pada anak berdasarkan
kebutuhan dan kondisi anak. Bukan berdasarkan keinginan dan kemampuan pendidik.
Artinya seorang pendidik harus bisa menyesuaikan diri terhadap kebutuhan anak
bukan anak yang harus menyesuaikan keinginan dari seorang pendidik. Merajuk
pada karakteristik anak didik bahwa anak didik harus dipandang sebagai subjek
yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian, dan kebebasan dalam mewujudkan
dirinya sendiri. Dengan demikian anak harus diberikan kesempatan untuk terlihat
secara aktif baik fisik maupun mentalnya.
2.
Berorientasi
pada perkembangan anak
Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak dalam
janin dalam kandungan sampai usia 6 tahun. Pada masa ini sering kita kenal
dengan The Golden Age (Usia emas) merupakan masa peka anak karena pada maa ini
perkembangan kecerdasan anak sedang mengalami peningkatan. Perkembangan
merupakan suatu proses yang kumulatif artinya perkembangan terdahulu akan
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Banyak yang meyakini bahwa anak
memiliki lebih dari satu bakat maka dari itu dibutuhkan stimulus-stimulus untuk
membantu mengembangan bakat yang dimiliki oleh anak dengan pembelajaran sesuai
dengan perkembangannya.
3.
Anak
usia dini belajar melalui bermain
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi setiap
individu karena dengan bermain merupakan kegiatan yang akan memberikan
kesenangan. Bagi setiap anak tidak akan terlepas dengan kegiatan bermain karena
bermain merupakan kebuhan bagi anak. Karena dengan bermain anak dapat
mempelajari banyak hal, tanpa disadari dan tanpa terbebani. Melalui bermain
banyak manfaat yang diberikan kepada anak seperti bersosialisasi, mengontrol emosi,
toleransi, kerjasama, sosialisasi, kecerdasan mental, bahasa, dan motorik.
Dalam setiap aktivitas anak usia dini selalu ada unsur bermain,
bagi setiap anak usia dini bermain jauh lebih menyenangkan serta memudahkan
mencapai tujuan pembelajaran oleh karena itu sebagai seorang pendidik kita
dituntut untuk menjadi pendidik yang kreatif dan inovatif dalam memberikan
bahan pembelajaran melalui proses bermain. Sebagai seorang pendidi pun harus
mampu memilih jenis permainan yang tepat untuk diberikan kepada anak. Bermain
sebagai pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia anak.
B. Prinsip-Prinsip
Belajar dan Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah
bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa
memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan
yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan
akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
Adapun pengertian selajutnya mengenai prinsip belajar
adalah konsep-konsep
yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar
yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat
mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar
itu.
Dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran
pada anak usia dini adalah konsep pengelolaan yang harus diterapkan pada proses
pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif dan
kondusif
Berikut beberapa prinsip pembelajaran pada anak usia dini :
1. Sebagai Pembelajaran Aktif
Kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Belajar tidak bisa di paksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa di
limpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang
dari siswa sendiri, guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang telah di perolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu
megidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis,
menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Pendidikan yang dirancang secara kreatif
akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses pendidikan seperti ini
merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas belajar anak secara
aktif atau yang dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif ( CBSA = student
active learning)
Dalam proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Metode yang diberikan kepada anak berbentuk
pemecahan masalah dan penyampaian penemuan mereka. Pendidik hanya berfungsi
sebagai pengawas dan mediator. Dengan demikian, anak dituntut untuk aktif dan
bekerja produktif untuk menemukan pengetahuan.
Contoh : ketika bermain balok, biarkan anak membangun bangunan sesuai
dengan imajinasi nya sendiri, guru hanya sebatas mengawasi dan bertanya pada
saat anak selesai bermain tentang bangunan yang telah dibuatnya.
2. Anak Belajar melalui sensori dan panca
indera
Anak memperoleh
pengetahuan melalui sensorinya. Anak dapat melihat melalui matanya, anak dapat
mendengarkan bunyi melalui pendengarannya, anak dapat membedakan bau memalui
hidung nya, dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh karenanya,
pembelajran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang
dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
Menurut pandangan
montesorri dalam (Sujiono, 2013) meyakini bahwa panca indera adalah pintu
gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak), maka
seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai
fungsinya, pendidik harus menyiapkan alat-alat permainan yang sederhana untuk
mengembangkan panca indera anak.
Dalam
konsep ini pula anak mengeksploitasikan semua inderanya baik penciuman, perasa, peraba, penglihatan
dan pendengaran. Anak dapat belajar mengenai apa yang dilihat, didengar.
3. Anak membangun
pengetahuan sendiri,
Menurut Pestalozzi dalam (Sujiono, 2013) pendidikan pada
hakikatnya usaha pertolongan pada anak agar anak mampu menolong dirinya
sendiri. Pestalozzi berpandangan bahwa pengamatan anak pada sesuatu akan
menimbulkan pengertian, bahkan pengertian yang tanpa pengamatan merupakan
sesuatu pengertian yang kosong.
Sejak lahir anak anak diberi kemampuan
yang berbeda. Sebagai seorang pendidik dan orantua harus memberikan rangsangan
kepada anak untuk menambah dan mengembangkan pengetahuannya dengan caranya
sendiri, anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
Anak diajak untuk berfikir, percaya diri
dan kreatif dalam mencari dan
mendapatkan pengetahuannya. Pendidik dan orangtua hanya berfungsi sebagai
fasilitator. Dan setiap anak diharapkan dapat menambah dan membangun
pengetahuannya sendiri melalui media lain seperti media cetak atau elektronik.
4. Anak berfikir
melalui benda konkret
Dalam konsep ini anak harus diberikan benda-benda yang nyata agar anak
tidak menerawang atau kebingungan.
Maksudnya anak dirangsang agar berpikir dengan metode pembelajaran yang
menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pembelajaran.
Anak lebih mengingat suatu benda yang dapat dilihat, dipegang lebih
membekas dan dapat diterima oleh otak. Pada kegiatan ini anak dapat berpikir
melalui media (benda konkret) atau yang terdekat dengan cara langsung. Anak
usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda konkret.
Maka dari itu dianjurkan untuk menggunakan media yang nyata dalam pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila menjelaskan tentang benda-benda yang ada di alam
lebih baik dibawa langsung ke lokasi agar anak dapat melihat, mengamati dan
menikmati keadaan alam tersebut
5. Anak belajar dari
lingkungan
“Pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan dengan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangakan
otensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya”.
Dari pengertian tersebut mengandung makna bahwa tujuan akhir dari pendidikan
adalah kemampuan anak beradaptasi dengan ligkungan dalam arti yang luas. Dengan
demikian seharusnya tujuan pendidikan menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai
proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan.
Alam sebagai sarana pembelajaran hal ini
didasarkan pada beberapa teori pembelajran yang yang menjadikan alam sebagai
sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan
alam dalam membangun pengetahuannya.
Out bound learning merupakan salah satu
model pembelajaran di mana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi
dengan alam.
Vaquette dalam (Sujiono, 2013) mengemukakan
terdapat tiga aspek penting dalam alam yaitu :
·
Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali
jati diri
·
Alam meruapakan ruang lingkup yang dapat
dieksplorasi
·
Peranan pendidik di lokasi kegiatan
Seorang pedagog harus sekaligus menjadi pengajar,
pendidik, seta pembimbing kegiatan. Sebagai pengajar yang baik harus dapat memberikan
pengetahuan yang dpat diterapkan oleh para muridnya.
6.
Perbedaan
individual
Setiap siswa
memiliki karakteristi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri
dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar.
Guru sebagai
penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada
semua keunikan yang melekat pada setiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak
mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan satu kesatuan
yang memiliki karakteristik yang sama. Konsekuensi logis dalam hal ini, guru
harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik orang per orang.
C.
Prinsip-Prinsip Implikasi Belajar Bagi Guru
Guru sebagai
penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya
prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip belajar bagi guru tertampak pada
rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi ini
bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka.
1.
Guru
menggunakan metode secara bervariasi.
2.
Guru
menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.
3.
Guru
menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
4.
Guru
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
5.
Memilih
bahan ajar sesuai minat siswa.
6.
Menggunakan metode dan tehnik mengajar yang
disukai siswa.
7.
Mengoreksi
sesegara mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberi tahukan hasilnya.
8.
Memberikan tugas secara individual dan berkelompok.
9.
Memberikan
kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen.
10.
Mengadakan
tanya jawab dan diskusi.
11.
Mementingkan
eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan engan demonstrasi.
12.
Menggunakan
media yang langsung digunakan oleh siswa.
13.
Menentukan
penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa
sesuai karakteristiknya.
14.
Merancang
pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
15.
Mengenali
karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang
tepat bagi siswa yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar